Rabu, 17 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak Hari Kesepuluh

Presentasi terakhir yang dibawakan kelompok 10 ini cukup menarik karena membahas tentang edukasi sex pada usia remaja. Masa remaja berarti sangat erat hubungannya dgn masa  pubertas. Dimasa ini pula banyak remaja yg jika kurang pendampingan dan kurang ilmu menjadi galau. Galau.... Karena kondisi dirinya mulai berbeda dari kondisi sebelumnya secara fisik dan psikis.

Remaja zaman now rata-rata lebih cepat mencapai masa pubertas. Karena adanya banyak faktor.
Saat ini anak SD sel telurnya sudah matang. Alias sudah dapat haid. Saya menemukan anak kelas 4 berarti usia sekitar 10 tahun sudah dapat haid.

Dalam artikel KOMPAS.com - Secara fisik, remaja memang sudah mampu melakukan hubungan seksual. Namun mereka belum siap secara mental, apalagi jika hubungan seksual dilakukan sebagai bisnis tertentu, misalnya dengan menjadi "cabe-cabean".

Menurut seksolog dan spesialis andrologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof. Wimpie Pangkahila, fenomena "cabe-cabean" merupakan perilaku seks remaja yang tidak sehat. Agar tidak terjerumus dalam perilaku seks remaja yang tidak sehat, maka pengetahuan tentang seksualitas adalah kuncinya.

"Remaja membutuhkan pengetahuan tentang seksualitas. Itulah kenapa perlu adanya pendidikan seks bagi mereka," tegas Wimpie saat dihubungi Kompas Health pada Jumat (4/4/2014).

Pada masa ini sangat penting anak mendapatkan bimbingan ttg education sex yg tepat.
Otomatis masa inipun rentan dg pergaulan bebas.
Setidaknya, ada tiga syarat utama yang harus dipenuhi orang tua sebelum mulai memberikan pendidikan seks.
1. Pengetahuan cukup
Orang tua perlu bekal pengetahuan yang cukup mengenai seksualitas. “Ada orang tua yang bahkan tidak mengerti perbedaan antara seks dan seksualitas. Seks hanyalah perbedaan biologis antara pria dan wanita. Sedangkan seksualitas lebih luas dari itu, antara lain mencakup kebersihan genital, ketertarikan pada lawan jenis, timbulnya nafsu birahi, hingga orientasi seksual,” jelas Ninuk.
2. Keterampilan komunikasi
Orang tua perlu memiliki keterampilan komunikasi, menyangkut cara berbicara dan body language. Bicaralah dengan nada yang manis pada anak, bukan menggurui atau menakut-nakuti. Selain itu, bersikaplah santai. Sex-education bisa gagal total bila orang tua merasa jengah. Bebaskan pikiran dan sadari sepenuhnya bahwa seks bukanlah sesuatu yang jorok atau dosa. Seks adalah sesuatu yang normal, karena melalui hubungan seks-lah kelangsungan hidup manusia terpelihara. Bicara soal seksualitas bukan cuma seputar hubungan intim pria dan wanita, tapi bisa juga tentang kesehatan dan perkembangan emosi.
3. Keterbukaan
Jika anak bertanya tentang sesuatu, tak perlu menutup-nutupi. Daripada ia mencari tahu sendiri dan malah tersesat, berikan jawaban yang sesuai porsi dan usianya. Misalnya, kalau tiba-tiba remaja Anda bertanya, “Seks oral itu apaan, sih?”, jangan keburu panik (yang biasanya berakhir dengan sikap menghindar). Lebih baik tarik napas  dulu dalam-dalam, dan ikuti trik yang pernah dilakukan Ninuk, yaitu dengan mengajukan pertanyaan balik. “Kamu tahu pil oral, nggak? Itu pil yang dimasukkan ke mulut. Nah, kalau seks oral kira-kira apa?” Jawaban ini kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang apakah oral seks itu aman dan apa akibatnya bila dilakukan oleh remaja.

Tujuan pendidikan seks di ajarkan  yaitu sebagai berikut:
*Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
*Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab).
*Membentuk sikap dan memberikan pengertian  terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi.
*Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
*Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
*Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
*Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
*Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.

Manfaat mempelajari pendidikan seks adalah:
*Mengerti dan memahami dengan peran jenis kelaminnya. Dengan diberikannya pendidikan seksualitas pada anak, seorang anak laki-laki diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi laki-laki seutuhnya, begitu pula dengan anak perempuan, diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi seorang perempuan seutuhnya.Sehingga tidak ada lagi yang merasa tidak nyaman dengan peran jenis kelamin yang dimilikinya.
*Menerima setiap perubahan fisik yang dialami dengan wajar dan apa adanya .Masa kanak-kanak adalah masa dimana seorang manusia sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis.Terutama saat mereka mulai memasuki masa pubertas, dimana perubahan fisik dan psikis mengalami tahap paling cepat dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya. Dengan diberikannya pendidikan seksualitas menjadikan anak-anak mengerti dan paham tentang bagaimana mereka menyikapi perubahan-perubahan tersebut, sehingga mereka tidak akan merasa asing, kaget, bingung, dan takut saat menghadapinya.
Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat.  Sebaiknya, orang-orang terdekat seperti orang tua dan guru bisa menjadi sosok yang menyenangkan bagi anak untuk bisa memenuhi rasa ingin tahunya yang menggebu tentang banyak hal termasuk tentang seksualitas. Ini dimaksudkan agar anak tidak memutuskan untuk mencari tahu jawaban akan pertanyaan-pertanyaannya melalui teman, komik, VCD, ataupun media lainnya yang tidak menjamin anak mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.
*Memperkuat rasa percaya diri dan bertanggung jawab pada dirinya. Percaya diri akan timbul jika seorang anak sudah merasa nyaman dengan dirinya. Anak akan merasa nyaman pada dirinya jika telah mengetahui setiap bagian dari dirinya juga fungsi dari bagian-bagian tersebut. Sehingga, anak akan mengetahui apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Pada akhirnya, anak akan mulai belajar untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
*Mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa Sang Pencipta. Seorang anak akan memahami betapa besarnya kuasa Sang Pencipta, setelah mempelajari pendidikan seks karena anak telah mengetahui bahwa tujuan diciptakannya organ reproduksi adalah untuk mendapatkan keturunan

#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

0 komentar:

Posting Komentar

.

 
Serba Serbi Coretan Faza Gamsahamnida Blogger Template