Rabu, 10 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak Hari Ketiga

Kelompok 3 mengambil tema lebih spesifik lagi dalam pembahasannya yaitu membersamai anak di fase aqil baligh. Berbicara membersamai sudah barang tentu kita perlu ilmu. Ya ilmu yang bagaikan aplikasi di play store, kita harus senantiasa upgrade untuk bisa menyesuaikan dengan zamannya.

Isu kasus akhir-akhir ini tentang pernikahan dini, hamil di luar nikah, aborsi, kejahatan seksual membuat kita tak bisa menutup mata atau hanya sekedar merasa takut. Sebagai ibu yg profesional hendaknya kita menjadi bagian dari solusi bukan hanya sekedar penerima solusi

Secara bahasa aqil artinya adalah orang yang berakal, baligh artinya adalah sampai.

Sedangkan secara syara’, baligh artinya adalah seseorang yang telah sampai pada masa pemberian beban hukum syariat. Dan disebut juga dengan _taklif_.

Dengan adanya beban dan tuntutan itulah kemudian ia disebut sebagai mukallaf, yaitu seseorang yang telah diberikan beban syariat untuk mengamalkannya. Dari sinilah kemudian timbul istilah yang disebut sebagai _aqil baligh_ , yaitu *seseorang yang telah sampai pada masa baligh dan memiliki akal sehat*.

Fase pre aqil baligh (10-14) adalah fase kritis dimana ketika usia 10 tahun anak boleh dipukul ketika meninggalkan sholat tentu pukulan yg tidak melukai tetapi sebaiknya jangan sampai dipukul karena ada waktu yg cukup dari usia 7 tahun ketika perintah sholat mulai dikenalkan.  "Boleh dipukul" adalah warning mengingat mereka akan menjalani fase pendidikan terberat sepanjang masa anak-anaknya.

Tahap ini anak laki-laki bisa didekatkan dengan ibu agar seorang laki-laki  di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan kepada lawan jenis, maka di saat yg sama juga harus memahami secara empati langsung dr sosok ibunya, bagaimana lawan jenis harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan laki-laki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat.

Pun sebaliknya berlaku untuk anak perempuan kepada ayahnya.

Masalah yang sering terjadi di sekirar kita adalah
1. Tabu berdiskusi tentang reproduksi
Orang tua berperan aktif di rumah untuk mengenalkan anak tentang yang dulu dianggap tabu, bisa memberikan pondasi awal, dari rumah. Demi mencegah kejadan yang tidak kita inginkan.

2. Peran dan tugas ayah dan ibu dalam mengedukasi anak belum terbagi jelas
Solusinya adalah
- Buat program dan libatkan suami dalam penyusunannya
- Membagi tugas sesuai tupoksinya
- Bagi single parent, hadirkan sosok ayah ke anak misal kakek,paman,guru ngaji, dll

3. Orang tua bukan tempat curhat pertama
Solusinya adalah
- Bangun komunikasi dengan anak
- Perbaiki hubungan menjadi teman baik bagi anak-anak

Dan yang terakhir adalah cara mengedukasi anak dan keluarga :
1. Mulai dari rumah kita
Kita mulai dengan menerima dan meyakinkan kita bahwa ini adalah hal yang penting yang perlu kita informasikan ke anak
2. Mengajak teman sepermainan
Membuka topik pembicaraan dengan orang tua teman main anak kita dengan tujuan mereka pun melakukan hal yang sama terhadap anaknya. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan teredukasi seiring berjalannya waktu
3. Libatkan sekolah
Buat komunikasi dengan sekolah untuk bisa membantu mengedukasi anak kita melalui mata pelajaran bimbingan konseling

Yang terakhir adalah gambar peran ayah dan ibu yang bisa saling support satu sama lain. Peran ayah dan ibu menentukan masa depan anak



#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

0 komentar:

Posting Komentar

.

 
Serba Serbi Coretan Faza Gamsahamnida Blogger Template